KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4
Muhammad Fachrur Rozi
A Kesimpulan
Setelah mempelajari Modul 1, mulai dari modul 1.1 tentang
filosofi dan pemikiran KHD, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak,
modul 1.3 tentang visi guru penggerak, dan modul 1.4 tentang budaya disiplin
positif, saya menyadari bahwa menjadi seorang pendidik merupakan profesi yang
luar biasa sekaligus beban dengan tugas dan tanggung jawab yang besar pula,
mengapa? karena seorang pendidik memiliki peran besar untuk menuntun seorang
anak untuk menemukan kebahagian dan keselamatan dirinya sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat.
Proses menuntun ini menjadi kunci dalam mendidik murid, di
mana seorang guru hendaknya dapat menuntun tumbuh hidup anak sesuai kodrat alam
dan kodrat zamannya, bukan merubah kodrat dasar anak. Ibarat menanam padi kita
tidak dapat merubah tanaman padi berbuah jagung, namun kita dapat mengharapkan
lahirnya padi yang kuat dan subur dengan merawat tanaman padi dengan baik,
dengan memberikan pupuk dan menghindarkan dari hama-hama yang menyerang.
Demikian pula dalam mendidik hendaklah seorang guru dapat menemu kenali
potensi, bakat, dan minat murid untuk kemudian kita tuntun dengan menebalkan
potensi positifnya dan mengaburkan potensi negatifnya.
Simak Video Penerapan Segitiga Restitusi
Guru dalam melakukan aktivitas menuntun murid hendaknya
menerapkan 5 nilai yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif,
dan inovatif. Melalui 5 nilai tersebut diharapkan mampu mewujudkan profil
pelajar pancasila yaitu pelajar
sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai
Pancasila.
Profil pelajar pancasila menjadi acuan profil yang
diharapkan dapat terwujud dalam pribadi seorang pelajar yaitu pelajar yang
memiliki 6 dimensi karakter sebagai berikut 1) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak
Mulia, 2) Berkebhinekaan Global, 3) Bergotong Royong, 4) Kreatif, 5) Bernalar
kritis, dan 6) Mandiri. Oleh karena itu guru harus mempunyai visi untuk
mewujudkan hal tersebut.
Visi merupakan mimpi, harapan, dan cita-cita yang ingin
diwujudkan, sehingga dalam bertindak dapat terarah karena semata untuk
mewujudkan visi. Seorang guru harus mempunyai visi yang jelas seperti apa
layanan, tuntunan, dan pembelajaran yang akan diberikan kepada muridnya. Guru
yang memiliki visi yang jelas akan berusaha meningkatkan kualitas dirinya
dengan melakukan praktik-praktik baik dan kolaborasi dengan seluruh ekosistem
pendidikan di sekolah.
Visi dapat dikembangkan melalui pendekatan
inkuiri apresiatif yaitu dengan manajemen berbasis kekuatan dengan mengelola
dan mengembangkan seluruh aset dan potensi-potensi yang ada untuk dicari
kekuatan yang dapat dimanfaatkan, sehingga menjadi kekuatan positif untuk
mewujudkan visi. Metode yang dapat digunakan antara lain adalah metode BAGJA
yaitu singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana,
dan Atur eksekusi.
Selain itu, budaya positif menjadi salah satu komponen
utama yang dapat mewujudkan visi, oleh karena itu, budaya positif perlu
dikembangkan dengan baik di lingkungan sekolah. Budaya positif dapat terwujud
dengan adanya kerjasama dan kolaborasi oleh seluruh warga sekolah. Budaya
positif dapat dimulai dengan menerapkan disiplin positif yaitu penerapan
disiplin tanpa ancaman dan hukuman, melainkan menerapkan kedisiplinan dengan
meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran anak sendiri dalam berdisiplin.
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring
School Discipline (1998) terdapat 5 posisi kontrol yang dapat
dilakukan untuk menerapkan kedisiplinan murid yaitu Penghukum, Pembuat Orang
Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Adapun guru seharusnya
mengambil posisi sebagai manajer dalam menerapkan kedisiplinan agar murid
merasa nyaman dan dapat memperbaiki perilaku manakala melanggar
kedisiplinan yang telah menjadi keyakinannya.
Bagi murid yang melakukan pelanggaran guru dapat melakukan
restitusi. Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi siswa untuk
memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka
dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi dilakukan melalui 3 alur yang disebut
segitiga restitusi yaitu, 1) menstabilkan identitas, yaitu proses di mana guru
berusaha mengembalikan dan menyeimbangkan mental murid dari kegagalan identitas
karena melakukan kesalahan, 2) validasi tindakan, yaitu untuk mengungkap alasan
tindakan dilakukan dan mengambil solusi terbaik yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kesalahan, dan 3) menanyakan keyakinan, yaitu proses guru
mengingatkan kembali keyakinan kelas yang telah disepakati sehingga murid dapat
sadar dan siap menjalankan keyakinan kelas kembali.
B.
Refleksi
1.
Sejauh mana
pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul
ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman
dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas,
dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar
dugaan?
Sepemahaman
saya, Disiplin positif menjadi bagian dari proses pendidikan, yaitu mendidik
anak agar dapat melakukan kontrol diri dan memiliki keyakinan diri yang
positif. Karena sejatinya tidak ada seseorang yang dapat mengontrol orang lain
kecuali ia menyetujui dalam diri untuk melakukan tindakan yang diinginkan orang
lain. Adanya hukuman dan penghargaan, dapat mengaburkan motivasi diri dan
penghargaan diri atas pencapaian yang telah dilakukan, karena dua hal tersebut
menjadi motivasi yang muncul dari luar (eksternal) untuk seseorang melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Padahal motivasi terbaik adalah motivasi yang
muncul dari dalam diri sendiri.
Untuk menerapkan
disiplin positif terdapat 5 posisi kontrol yaitu, pemberi hukuman, pembuat
merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Guru sudah seharusnya
mengambil posisi kontrol sebagai manajer agar dapat mengetahui dan mengungkap
motivasi apa yang melatarbelakangi pelanggaran disiplin seorang murid. Ada 5
kebutuhan dasar manusia yang jika tidak terpenuhi dapat melahirkan pelanggaran
disiplin yang berlaku pula bagi murid yaitu bertahan hidup, kasih sayang/rasa
diterima, penguasaan, kebebasan, dan kesenangan. Dalam menerapkan disiplin
positif perlu memperhatikan 5 kebutuhan dasar tersebut, maka dalam melaksanakan
disiplin positif dapat dimulai dengan membuat keyakinan kelas yaitu kesepakatan
yang disusun secara bersama untuk diterapkan dan ditaati di lingkungan kelas
yang berisi nilai-nilai positif agar tercipta lingkungan kelas yang nyaman dan
membahagiakan.
Seandainya
terdapat pelanggaran keyakinan kelas guru dapat melakukan restitusi, yaitu
proses menciptakan kondisi murid agar dapat memperbaiki kesalahan, sehingga
dapat kembali pada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi
dilakukan melalui 3 hal yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan, dan
menanyakan keyakinan. Menariknya bagi saya dan di luar dugaan adalah tentang hukuman
dan penghargaan. Saya berpikir bahwa dua hal ini dapat menjadi
senjata yang ampuh untuk menerapkan kedisiplinan ternyata setelah mempelajarai
modul ini dua hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk diterapkan bahkan
penghargaan yang awalnya saya anggap sangat baik agar murid termotivasi juga
merupakan hal yang tidak baik karena dapat merenggut penghargaan dan
kebahagiaan terhadap dirinya sendiri atas pencapaian yang telah didapat.
2.
Perubahan apa
yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas
maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Yaitu dalam
menumbuhkan disiplin positif pada murid harus dimulai dari menumbuhkan motivasi
instrinsik dalam diri murid, bukan karena adanya hukuman atau motivasi luar
lainnya. Jika ada murid yang melakukan pelanggaran disiplin dan bertentangan
dengan nilai-nilai kebajikan hal tersebut sebenarnya karena tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar mereka, maka saya harus bertindak bijak dengan mengambil peran
sebagai manajer dan melakukan restitusi.
3.
Pengalaman
seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Murid-murid
merasa senang karena mendapat hal yang berbeda seperti saat membuat keyakinan
kelas dimana murid antusias untuk menyusun keyakinan kelas bersama. Saat
melakukan restitusi pertama kali respon murid tampak takut pada awalnya karena
saya panggil menghadap saya, namun setelah tahapan demi tahapan saya jalankan
murid tersebut tampak nyaman dan tersenyum.
4.
Bagaimanakah
perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saya
senang sekali karena murid-murid menjadi lebih dekat dengan saya.
5.
Menurut Anda,
terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang
sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Setelah
menerapkan beberapa konsep budaya positif, hal yang sudah baik yaitu antusias
murid dalam membuat keyakinan kelas yang menunjukkan telah ada motivasi
instrinsik dalam diri murid untuk menerapkan disiplin positif. Adapun yang
perlu diperbaiki adalah konsistensi murid dalam menerapkan keyakinan kelas.
6.
Sebelum
mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi
kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda
pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum
mempelajari modul ini, saya sering memposisikan diri sebagai teman. Perasaan
saya saat itu saya senang karena murid-murid akrab dan berlaku baik ketika
bersama saya dan saya kira juga kepada guru yang lain, ternyata kepada beberapa
guru yang lain sikap mereka berbeda.
Setelah
mempelajari modul ini saya berusaha mengambil posisi manajer dan perasaan saya
sekarang lebih nyaman karena murid mulai menunjukkan kesadaran bahwa
berperilaku baik adalah keharusan diri, bukan karena bersama siapa.
Perbedaan
yang saya rasakan adalah dari awalnya senang karena murid akrab dan berkelakuan
baik karena adanya saya, sekarang saya senang karena murid berkelakuan baik
karena kesadaran dalam dirinya.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Belum pernah menerapkan
segitiga restitusi sepenuhnya, namun sebagian langkah sudah pernah saya lakukan
yaitu menstabilkan identitas dan validasi tindakan. Yaitu saya meredakan emosi
murid ketika melakukan kesalahan dengan mengajak bicara terhadap hal-hal yang
ia senangi terlebih dahulu dan menganggap bahwa manusia melakukan kesalahan
merupakan hal yang wajar selanjutnya pembicaraan saya arahkan untuk menggali
mengapa ia melakukan tindakan tersebut.
- Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul
ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam
proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Yang juga penting
untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif di lingkungan kelas
maupun sekolah adalah langkah-langkah dalam menerapkan budaya positif sekolah
kaitannya dengan menciptakan kolaborasi dan kerjasama antar warga sekolah dan
seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
Komentar
Posting Komentar