Langsung ke konten utama

Penguasaan Guru di Indonesia terhadap penggunaan Teknologi Informasi


BAB I
PENDAHULUHAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sekarang sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia yang tidak terpisahkan.  Walaupun pada umumnya berada pada tataran konsumen atau pemakai, namun keadaannya masih kalah jauh dari negara-negara tetangga, tetapi Indonesia tidak luput dari pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa jenjang sekolah, khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat, termasuk juga sebagian kecil sekolah dasar, kini para siswa telah diberi sebuah mata pelajaran yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga diharapkan para siswa setidaknya sudah tidak asing dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan kalah pentingnya adalah guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain.

Beberapa sekolah telah menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, Internet dan lainnya) untuk menyampaikan isi materi yang diajarkan. Komputer, internet, intranet, satelit, TV interaktif hingga papan pintar adalah bagian media elektronik yang dimaksudkan dalam kategori ini. Komponen yang tak kalah penting dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran adalah para guru yang mengajar pada sekolah dalam berbagai jenjang.
Guru yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses pembelajaran di sekolah sebenarnya memerlukan berbagai piranti dalam mengoptimalkan pemanfaatan TIK dan Komunikasi ini untuk mendukung  kemampunnya yang diperlukan khususnya dalam operasional perangkat TIK tersebut. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kini masih banyak guru yang masih gagap dalam pemakian komputer dalam mengakses informasi dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.
Perkembangan TIK dewasa ini ibarat embun dipagi hari, sering dalam tidur lelap kita tidak menyadari bahwa keesokan paginya telah ditemukan penemuan baru yang sangat penting bagi sejarah manusia. Lagi-lagi kita hanya mengiyakan penemuan itu tanpa harus berupaya menguasainya, lebih parah jika hanya cukup dengan keadaan yang ada tanpa adanya usaha apapun dalam merespon perkembangan ini.
Keharusan guru dalam mendorong dan mendukung siswa kearah kreatif pemanfaatan TIK mutlak dilaksanakan. Untuk itu peranan guru sangat dibutuhkan demi keseimbangan penguasaan dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan dan disajikan kepada siswanya. Karena ada kemungkinanan siswa telah memahami lebih jauh satu persoalan dari pada gurunya. Berangkat dari hal tersebut nampaknya kita harus ingat sebuah pesan Nabi Muhammad SAW ”ajarilah anak-anakmu sesuai dengan jamanya dan bukan jaman mu”.
Kondisi guru yang sebagian besar masih belum optimal, bahkan masih banyak yang belum dapat memanfaatkan kemajuan TIK atau dengan perkataan lain masih gagap teknologi, kondisi ini perlu dicari penyebabnya dan solusi yang terbaik, khususnya bagi para penentu kebijakan pendidikan. Tulisan ini akan menggali dari berbagai artikel, hasil penelitian, pengakuan, berita, makalah, pandangan dan berbagai ide yang diambil dan diolah atau dianalisa yang bersunber dari  informasi yang diambil dari internet. Data sekunder atau berbagai data dan informasi dari internet tersebut hasil tulisan dari berbagai website dari berbagai kota diseluruh Indonesia.
Hasil analisa dalam tulisan ini diharapkan dapat mendapat gambaran yang jelas sehingga diperoleh  pemahaman yang benar mengenai kondisi guru kaitannya dalam pemamfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan juga dalam kegiatan lain yang meliputi:
(1) Sarana-prasarana, fasilitas, dan perangkat;
(2) Kebijakan pimpinan sekolah dan pimpinan lembaga terkait;
(3) Kemampuan dan kecakapan dalam pemanfaatan TIK;
(4) Pendidikan dan pelatihan, kursus yang telah dimiliki guru; dan
(5) Berbagai kendala yang dialami para guru dalam pemanfaatan TIK. 
Para penentu kebijakan pendidikan seharusnya sangat berkepentingan atas berbagai informasi tentang kondisi guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain, mengingat otoritas yang dimiliknya dapat mengubah kondisi yang baik menjadi kondisi yang lebih baik. Sementara guru dengan informasi ini  dapat menempatkan dan mengkondisikan dirinya sesegera mungkin untuk beradaptasi, paling tidak mengubah sikap dan perilaku untuk berkembang ke arah yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berbagai masalah yang ada pada latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah  yang akan dibahas dalam tulisan adalah:
1.     Sejauh mana ketersediaan sarana dan prarana, fasilitas, dan perangkat dalam mendukung pemanfaatan TIK bagi guru?
2.     Seberapa tinggi tingkat penguasan dan kecakapan guru dalam penggunaan atau pemanfaatan TIK bagi guru?
3.     Kebijakan dan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh pimpinan sekolah dan pimpinan instansi terkait dalam penentukan kebijakan untuk mendukung pe-manfaatan TIK bagi guru?
4.     Pendidikan dan pelatihan apa saja yang telah dilakukan guru dalam meningkat-kan kemampuan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran?
5.     Faktor-faktor apa yang menjadi kendala guru dalam pemanfaatan TIK?

BAB II
PEMBAHASAN

Membicarakan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) oleh para guru dalam proses pembelajaran di sekolah tidak lepas dari berbagai unsur yang saling terkait sata sama lain, yaitu; 1) sarana, prasarana, dan perangkat yang tersedia; 2) tingkat penguasaan guru dalam pemanfaatan TIK; 3) kebijakan pimpinan dalam mendukung pemanfaatan TIK; 4) pendidikan dan pelatihan para guru; dan 5) kendala-kendala guru dalam penggunaan TIK. Kelima unsur yang terkait ini diuraikan per bagian dengan maksud nantinya diperoleh penjelasan, dan pada akhirnya diharapkan diperoleh pemahaman yang benar.
2.1 Sarana dan Prasarana, Fasilitas, dan Perangkat Pendukung Pemanfaatan TIK
Beberapa sekolah kini telah telah memiliki laboratiorium komputer dan internet, khusus sekolah-sekolah yang berlokasi di kota atau tidak jauh dari perkotaan lebih lengkap   fasilitas ini dibandingkan dengan sekolah yang berlokasi di pedesaan. Hampir seluruh kota dijumpai sekolah-sekolah yang telah menyediakan fasilitas laboratorium komputer dan internet. Namun dalam pemanfaatan TIK oleh para guru antara sekolah yang satu dengan yang lain tingkatannya sangat beragam, mulai dari yang sederhana sampai ada yang sudah optimal. Kondisi ini dapat dimengerti mengingat tingkat kemajuan sekolah masing-masing berbeda.
Dari data yang ditemukan diperoleh suatu kondisi dimana ada hal ironis dibeberapa daerah tentang fasilitas TIK ini. Di sebuah kecamatan ada sekolah dengan lokasi dimana di sana ada BTS (Base Transceiver Station) operator telekomunikasi berdiri megah di areal sekolahan, sementara guru dan siswa yang beraktivitas di sana belum sekalipun menggunakan atau memanfaatkan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran maupun aktivitas lain oleh guru, dan dapat dikatakan para guru masih gagap teknologi (gaptek).
Kasus lain yang menarik di mana dalam suatu daerah masih ada pihak-pihak yang dalam menjalankan bisnisnya tidak begitu proaktif terhadap kemajuan dalam pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan. Masih ditemui perilaku tidak terpuji yang dilakukan oleh para penjual komputer, salah satunya adalah dengan menjual komputer dengan harga yang terlalu tinggi dan diluar harga kewajaran. Bayangkan ada supplier yang menjual komputer berbasis pentium IV dengan harga lima juta rupiah lebih, padahal harga komputer tersebut selayaknya tidak akan lebih dari dua juta lima ratus ribu rupiah. Bisa jadi para suplier ini dalam berbisnis hanya mempertimbang-kan keuntungan belaka, tanpa adanya rasa kepedulian atas kemajuan pemanfaatan TIK di daerah tersebut.
Berkaitan dengan pengmbangan sarana dan prasarana untuk pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan dan kegiatan lain di sekolah. Lain halnya dengan Kemendikbud, dimana kementerian yang berkepentingan langsung dengan dunia pendidikan ini telah dan akan mengadakan gebrakan yang berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran di sekolah dalam berbagai jenjang pendidikan.
Pada sekolah-sekolah yang telah dibilang lebih maju, dan kebanyakan berlokasi di kawasan perkoataan, selain tersedianya laboratorium komputer dan internet, beberapa sekolah telah melenkapinya sarana lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu berbagai media elektronik lainnya.
Walaupun Kemenag ada yang mengatakan kurang dalam memberikan perhatian dalam pengembangan sarana TIK di madrasah-madrasah, tetapi di beberapa madrasah di Jawa Timur kondisi sekolah yang telah tersedia sarana komputer dan internet dibilang telah lebih maju. Di beberapa madrasah di Jatim diketahui bahwa jumlah package computer (PC) yang dimiliki di masing-masing madrasah cukup banyak.
Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh kepada guru dalam hal memilih varian sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti alasan-alasan yang umum disampaikan oleh para guru, misalnya tidak ada fasilitas komputer di sekolah, fasilitas yang tidak lengkap dikarenakan tidak dana untuk pengadaan, dan terlebih-lebih sikap guru yang kurang pro aktif dalam menghadapi kemajuan ICT.
Peran pengusana swasta dan BUMN sangat penting dalam mendukung dan memberikan suport dalam dunia pendidikan kaitannya dengan pengembangan TIK dalam dunia pendidikan.

2.2 Penguasaan Pemakaian Dalam Pemanfaatan TIK Bagi Guru
Dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, betapa tidak, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Berbagai pernyataan para pejabat yang berwenang dalam dunia pendidikan menyatakan kondisi guru yang masih memprihatinkan dalam hal menggunakan komputer, apalagi internet. Para guru menggunakan komputer sekedar untuk mengetik dengan MS Word itupun tidak paham semua fasilitas di program itu, apalagi mendengar Email, Browsing web, dan lainnya guru merasa asing.
Kondisi guru yang gagap TIK tidak hanya didominasi oleh para guru di luar pulau Jawa, seperti yang ditemukan di kasus Jawa Timur, di sana sebagian besar guru-guru yang mengajar di madrasah sangat sedikit yang memanfaakan komputer apalagi internet. Pada umumnya guru baru mampu menggunakan komputer hanya sebatas keperluan administrasi baik kepentingan kantor maupun kepentingan penyusunan PAK (Penetapan Angka Kredit) dalam kaitannya dengan kenaikan pangkat jabatan fungsional guru. Di Jatim sebagian besar guru belum terbiasa menggunaan internet baik untuk proses pembelajaran maupun kegiatan sosial lainnya.
Beberapa pakar TIK menyatakan bahwa sebenarnya manusia, termasuk guru mempunyai potensi kecakapan dalam hal penggunaan komputer dan internet dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lainnya. Ini dapat dimaklumi banyak guru masih gagap TIK dimungkinankan karena sudah tua, dan merasa sudah tidak perlu lagi belajar yang canggih, kadang bahkan menyerahkan hal ini kepada pada guru yang masih yunior. Ini mengingatkan kepada para instruktur pelatihan komputer dan TIK bagi para guru dalam penyampaiannya harus lebih pada praktek daripad teori.
Bagian yang sedikit dalam prosentase yang sudah maju dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran memang telah ada di  kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan dan lainnya. Selama murid belajar dengan menggunakan laptop, proses belajar menjadi sangat efektif, tidak perlu mencatat materi pelajaran dari papan tulis, karena sudah tersistem pada laptop masing-masing. Murid tidak bosan, dan merasa senang karena banyak gambar menarik khususnya pelajaran sains. Setelah belajar Metematika dan IPA, boleh main game, buka internet dan kirim email. Game di sini masih ada hubungannnya dengan pelajaran.

2.3 Kebijakan dan Upaya Pimpinan dalam Mendukung Pemanfaatan TIK
Kadang sebuah penghargaan maupun sertifikasi bukan merupakan tujuan yang akan dicapai oleh sebuah lembaga sekolah, tetapi penghargaan maupun sertifikasi yang diterima dapat menjadi pendorong atau motivasi dalam pemanfaatan TIK oleh para guru, disamping sebagai kebanggaan akan identitas sebuah sekolah yang mempunyai keunggulan dalam berkompetitif dalam dunia pendidikan. Beberapa institusi atau lembaga baik provit maupun nonprovit dirasa perlu memberikan berbagai penghargaan stratafikasi untuk mendorong dan memacu sekolah untuk terus mengembangkan potensinya, khususnya dalam hal pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran yang melibatkan para guru yang terlibat langsung. Dilapangan ditemukan perusaan bisnis BUMN telah memberikan berbagai sertifikasi yaitu PT Telkom, seperti yang terjadi pada sekolah yang telah berhasil dalam prestasi khusus, sekolah tersebut telah mendapatkan sertifikasi.
Peran pimpinan atau kepala sekolah sangat penting dalam memajukan sekolah, khususnya penguasaan para guru dalam pemanfaatan TIK. Pimpinan yang tidak sigap dalam adaptasi dengan perkembangan teknologi dapat mengakibatkan kebijakan yang menjadikan guru gagap teknologi, padahal ini bisa jadi mengakibatkan hilangnya daya tarik dalam proses belajar. Terlebih dalam era informasi ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti, menggunakan, dan mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama bisa jadi hilang, sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi.
Para kepala sekolah yang mempunyai komitmen terhadap kemajuan sekolahnya pasti melakukan langkah-langkah konkrit dalam memajukan guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Di sekolah-sekolah yang berada di wilayah perkotaan lebih mudah dikembangkan daripada di pedesaan yang saran dan prasaranya kadang belum lengkap atau tersedia. yang harus mengerti perangakat tersebut, tetapi guru-guru bidang lain harus mengikuti. Kondisi ini diyakini berlaku pada sekolah-sekolah lain di tanah air ini.
Kebijakan yang kita acungi jempol adalah kepada Kemendikbud, dimana kementerian ini akan mempercepat pengadaan sarana TIK pada berbagai jenjang sekolah dengan akan meluncurkan anggaran yang besar, gebrakan ini dilakukan dengan membangun berbagai pusat sumber atau resource center di sekolah-sekolah.
Beberapa sekolah sebenarnya telah proaktif dalam menyiapkan sarana, dengan kebijakan tertentu, sekolah dapat meluncurkan program maupun memulai aksi nyata. Seperti kini beberapa sekolah di kota Solo, mulai dan telah melaunching sarana laboratorium  komputer multimedia untuk menyongsong era TIK dalam pendidikan dan telah menyiapan guru-gurunya dalam penggunaan atau pemanfaatannya pada pembelajaran, dan  pada akhirnya akan menentukan program ini akan berjalan baik atau tidak.
Gebrakan kebijakan tidak cukup hanya pada tingkat dinas pendidikan, tetapi para kepala daerah baik itu gubernur ataupun bupati atau walikota harus mau dan sanggup mengeluarkan kebijakan yang signifikan dalam mamajukan dunia pendidikan khususnya dalam pemanfaatan TIK ini. Seperti pada Pemda Tanah Datar, Sumbar, telah meluncurukan programnya yaitu untuk melengkapi fasilitas komputer di sekolah-sekolah, maka dilaksanakan program One School One Computer Laboratorium (OSOL) satu sekolah satu laboratorium komputer. Melalui progam ini diharapkan guru maupun siswa tidak gagap teknologi, khususnya dalam penguasaan ketrampilan komputer sebagai ciri kemajuan suatu masyarakat.

2.4 Pendidikan, Pelatihan, Praktek  Pemanfaatan TIK
Kebutuhan akan kemampuan para guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran telah direspon sangat positi oleh beberapa ekolah. Kenyataan dilapangan ditemukan bahwa beberapa sekolah telah memberikan pelatihan dan atau mengirikan para guru menginkuti pelatihan komputer dan internet. Ini dilakukan oleh pimpinan sekolah dengan maksud agar para guru tidak gagap terhadap pemakaian komputer dalam pemanfaatan TIK. Seperti yang telah terjadi dan dilakukan oleh SMP Negeri 8 Palembang, tidak hanya guru pemegang mata pelajaran TIK yang dikirim mengikuti pendidikan pemanfaatan TIK, tetapi semua guru mata pelajaran juga dikirim untuk mengikuti pendidikan maupun pelatihan atau kursus.
Walaupun fasilitas internet sudah ada, guru-guru telah dikirim untuk mengikuti pelatihan dan kursus komputer dan internet, namun dilapangan ditemukan adanya kendala. Guru tidak dapat mengoptimalkan pemakaiannya, mengingat tidak adanya staf TI khusus yang ahli, sehingga berbagai kelemahan dalam penggunaan sarana TI oleh guru tidak ada sumber untuk bertanya. Ada kasus yang dirasa lucu, dimana guru menyuruh siswa ke warnet untuk belajar email, dan setelah siswa tersebut dapat menggunakannya, guru belajar pada muridnya.
Peran lembaga atau institusi diluar sekolah juga sangat diperlukan dalam andilnya dalam memajukan dunia pendikan dasar dan menengah. Mereka yang peduli telah turut aktif memberikan kemampuan para guru dalam menggunakan komputer maupun internet. Materi yang disajikan adalah mengenai aplikasi perkantoran (word, excel, powerpoint, dan internet). Ini menunjukkan bahwa sebenarnya greget dari berbagai penentu kebijakan di daerah dalam memajukan pendidikan dengan cara memajukan guru dalam kemampuan pemanfaatanTIK cukup baik.
Tidak hanya pelatihan praktis dan teknis dalam menndorong guru mau memanfaakan TIK yang ada dalam pembelajaran, tetapi kegiatan yang sifatnya mendorong dan memotivasi guru juga perlu diadakan secara terus menerus.

2.5. Kendala Guru Dalam Penggunaan dan Pemanfaatan TIK
Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pemanfaatan TIK adalah adanya kendala internal, seperti kesibukan jam mengajar di berbagai tempat, maupun kendala eksternal seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihan sendiri.
Kendala internal dan eksternal tersebut sebenarnya hanyalah sebuah ”pembenaran” untuk tidak melakukan hal-hal yang dibutuhkan. Artinya, berpatokan pada peribahasa ”dimana ada kemauan disitu ada jalan” kita memang harus mempersiapkan diri menyongsong era baru dalam berkomunikasi dengan berbagai informasi yang ada.
Beberapa siswa di Surabaya mengaku merasa lebih lihai (pandai) dalam hal penggunaan telepon seluler, ini terbukti dalam berbagai razia yang dilakukan oleh sekolah terhadap gambar porno maupun video porno yang ada di ponsel siswa, ternyata banyak yang lolos, tak terdeteksi, mengingat guru banyak yang tidak berpengalaman dalam hal pemakaian ponsel yang canggih daripada siswanya. Mungkin ini disebabkan oleh daya beli guru terhadap model HP lebih rendah dari pada orang tua siswa dalam beberapa kasus. Ini sebenarnya kendala yang yang tidak kentara bagi guru dalam hal pemanfaatan TIK kaitannya dengan penggunaan ponsel oleh siswa. Kaum the have diyakini sebagai pihak pertama yang mengada-ada adanya istilah kesenjangan teknologi yang mengkontraskan kelompok kedua. Hal ini bisa menimbulkan rasa pesimistik bagi para guru dalam penggunaan dan pemanfaatan TIK.
Agus Nasihin, pebisnis komputer, mengatakan bahwa sekarang guru dihadapkan peda bayangan bahwa mengunakan komputer dapat mempermudah keperluan hidup, sementara pada sisi lain dimunculkan isu bahwa penggunaan koomputer adalah sebagai apresiasi penghargaan terhadap para genius man yan membuat komputer itu sendiri. Ini kedengaran lucu memang, ada orang mengatakan menggunakan komputer itu identik sebagai bentuk menglarisi produk komputer. Ini gawat, guru bisa pasif dan apatis dalam pemanfaatan TIK.
Masih ada guru yang beranggapan tidak menggunakan komputer dan TIK dalam proses pembelajaran bukan hal mengganggu jalannnya pelajaran, karena guru merasa tidak mendapatkan fasilitas komputer saat mengajar, jadi inilah yang membuat mereka merasa tidak perlu untuk tahu cara menggunakan komputer. Kasus ini terjadi pada guru-guru yang sudah berusia tua, walaupun yang guru yang yunior pun masih ada yang gagap pada kemanjuan TIK.

Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu ketrampilan atau keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, Lokasi, bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. kedua, kesadaran yang asih rendah mengenai mengenari ati penting teknologi untuk menunjang profesi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya ksempatan dan peluang untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lokakarya Orientasi Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Probolinggo

  Pada tanggal 24 Juni 2024 kegiatan Lokakarya Orientasi Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 11 kabupaten Probolinggo dilaksanakan yang bertempat di SMPN 2 Kraksaan. Berikut adalah catatan kegiatan Lokakarya Orientasi PPGP Angkatan 11 kabupaten Probolinggo. LAPORAN KEGIATAN LOKAKARYA ORIENTASI   Peserta Pada Lokakarya Orientasi kali ini bertempat di SMPN 2 Kraksaan dengan jumlah peserta dari unsur Penanggung Jawab Kegiatan (BBGP Jatim), Pengajar Praktik sejumlah 11 orang, Calon Guru Penggerak, panitia pelaksana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo dan cabang dinas Pendidikan wilayah Probolinggo, Kepala Sekolah, Pengawas serta Pemonev dari BBGP Jawa Timur.  Pada Lokakarya Orientasi hari kedua ini dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas Probolinggo 6, Probolinggo 7, Probolinggo 8 dan Probolinggo 9. Aktivitas pembelajaran Aktivitas pembelajaran untuk Lokakarya Orientasi dengan  agenda sebagai berikut: Pembukaan Pembukaan dilakukan oleh Ba...

PROFIL DIRI Calon Guru Penggerak

Tergerak Bergerak Menggerakkan...... Mohon izin saya memperkenalkan diri sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Pendidikan guru penggerak yang seolah menghidupkan kembali ghiroh sebagai seorang pendidik. Apalagi setelah melakukan aksi nyata banyak sekali hati ini tersadarkan. Oh mungkin kondisi seperti inilah yang diharapkan oleh murid selama ini. Mereka merasa dihargai dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi serta tersentuh dengan integrasi sosial emosional dalam pembelajaran. Keberadaan dan peran mereka merasa dihargai dengan konsep penanaman budaya positif kesepakatan kelas. Segala harapan, cita-cita dan kenginingan mereka tentang konsep kelas ideal dapat terakomodir.  Dan mereka mempunyai keyakinan dan kepercayaan penuh memiliki kekuatan/potensi, yang dengan potensi itu mereka mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahannya sendiri. Guru hanya sebagai coach yang berperan melejitkan potensi mereka miliki. Terpilih sebagai peserta pendidikan guru penggerak itu anugerah k...

Aksi Nyata - Penerapan Coaching dalam Kegiatan Supervisi Akademik

  Coaching untuk Supervisi Akademik memberikan ruang bagi Anda untuk berlatih membangun komunikasi yang empatik dan memberdayakan sebagai Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat perubahan strategis yang mampu menggerakan komunitas sekolah pada ekosistem belajar Anda. Perubahan strategis yang sejalan semangat Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum (standar isi-standar proses-standar penilaian) yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid pada Satuan Pendidikan di sekolah dan daerah Anda. Berikut ini merupakan aksi nyata kegiatan Coaching yang dilaksanakan dalam Pendidikan Guru Penggerak meliputi Pra observasi, observasi kelas dan pasca observasi. Perjalanan Anda tidak berhenti sampai disini untuk menjadi  coach  handal bagi rekan sejawat Anda. Silahkan bereksplorasi, bereksperimen untuk mengasah paradigma berpikir dan keterampilan  coaching  Anda. Silahkan...