Langsung ke konten utama

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 COACHING


Pengertian dari Coaching yaitu sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Maka menurut Gallwey (Whitmore, 2002) Coaching lebih mengarah pada membantu seseorang untuk belajar  bukan mengajarinya. Proses coaching memberikan ruang bagi coach untuk menggali semua potensi yang ada pada diri coachee sehingga coachee dapat berkembang dari berpikir pada saat ini ke arah pemikiran masa depan.

Coaching merupakan suatu proses percakapan yang memberdayakan, maka dalam proses coaching seorang coach harus mampu mengajukan pertanyaan – pertanyaan berbobot yang berpeluang pada coachee untuk mengemukakan  jawaban-jawaban yang menantang dari dirinya sendiri karena pada dasarnya cochee sendirilah yang lebih tahu masalahnya dari pada coach. Sejalan dengan hal tersebut dalam proses coaching diperlukan ketrampilan bertanya dari coach dalam rangka menggali, dan menuntun coachee untuk menemukan solusi dari masalahnya, melaksanakan dan merasakan dampaknya sendiri.

Dalam konteks pendidikan, coaching merupakan suatu proses sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.  Guru selaku seorang coach mampu mengembangkan coachee dengan maksimal. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan. Untuk itu diperlukan  pemahaman tentang paradigma dalam berpikir coaching. Paradigma berpikir coaching tersebut antara lain;

  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Proses coaching didalamnya perlu terjalin rasa aman dan nyaman dari kedua belah pihak, coach harus mampu menjalin kemitraan dengan cochee sehingga akan terjadi suatu proses percakapan  kreatif yang  dapat menggugah  pemikiran cochee memaksimalkan semua potensi yang ada dirinya. Coach juga perlu memiliki kompetensi yang mendukung proses coaching, yaitu; kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot.

Coaching akan mengalir dengan lancar dan akan menghasilkan pengembangan yang maksimal apabila dalam percakapannya menggunakan alur TIRTA. Alur TIRTA merupakan akronim dari langkah-langkah percakapan coaching yang terdiri dari Tujuan,Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung jawab.  Proses caoaching dengan menggunakan alur TIRTA dapat memberikan arahan pada coach dalam menfasilitasi murid maupun teman sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan dari permasalahannya dengan bijaksana. Hal ini yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching. Karena dengan memiliki ketiga hal tersebut maka dapat mengantarkan teman sejawat maupun murid mengembangkan potensinya.

Coaching jika dikaitkan  dengan konsep pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bersifat menuntun kodrat anak agar selamat dan bahagia. Maka seorang coach harus mampu menuntun anak mengembangkan semua potensi yang ada di dirinya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dengan memberi ruang kebebasan pada murid untuk menemukan kekutan yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidik memiliki peran sebagai pamong yang mengarahkan dan memberdayakan murid agar tidak salah arah.

Coaching pun juga dapat dikaitkan dengan pembelajaran berdeferensiasi, seperti yang kita tahu bahwa pembelajaran berdeferensiasi merupakan pembelajaran yang berdasarkan pada kebutuhan murid baik dalam hal kesiapan belajar, profil belajar murid maupun minat murid. Coaching dapat dijadikan suatu alat  dimana dalam proses identifikasi, pendidik dapat  melakukan identifikasi kebutuhan  belajar murid sebagai bentuk asesmen awal  yang akan dijadikan sebagai dasar proses pelaksanaan pembelajaran sehingga akan dapat mengembangkan kekuatan yang ada didalam diri murid. Dengan proses tersebut akan terwujud pembelajar yang merdeka yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Proses pembelajaran sosial dan emosional memiliki keterkaitan dengan proses coaching. Proses pembelajaran sosial emosional merupakan suatu proses pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran social emosional sangat mendukung bagi pelaksanaan coaching, sebab dalam pelaksanaan coaching diperlukan pemahaman tentang Kompetensi social emosional. Dengan pembelajaran sosial emosional, coach dan cochee dapat berinteraksi dengan sepenuhnya hadir dalam proses coaching, dapat mendengarkan dengan RASA, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menimbulkan empati.

Coaching guru juga dapat mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin pembelajaran. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada anak. Dan dalam proses pelaksanaannya supervisi akademik menggunakan pendekatan coaching.


Pustaka : 

Whitmore, J. (2002). Coaching for Performance. London: Nicholas Brealy Publishing.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lokakarya Orientasi Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Probolinggo

  Pada tanggal 24 Juni 2024 kegiatan Lokakarya Orientasi Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 11 kabupaten Probolinggo dilaksanakan yang bertempat di SMPN 2 Kraksaan. Berikut adalah catatan kegiatan Lokakarya Orientasi PPGP Angkatan 11 kabupaten Probolinggo. LAPORAN KEGIATAN LOKAKARYA ORIENTASI   Peserta Pada Lokakarya Orientasi kali ini bertempat di SMPN 2 Kraksaan dengan jumlah peserta dari unsur Penanggung Jawab Kegiatan (BBGP Jatim), Pengajar Praktik sejumlah 11 orang, Calon Guru Penggerak, panitia pelaksana dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Probolinggo dan cabang dinas Pendidikan wilayah Probolinggo, Kepala Sekolah, Pengawas serta Pemonev dari BBGP Jawa Timur.  Pada Lokakarya Orientasi hari kedua ini dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas Probolinggo 6, Probolinggo 7, Probolinggo 8 dan Probolinggo 9. Aktivitas pembelajaran Aktivitas pembelajaran untuk Lokakarya Orientasi dengan  agenda sebagai berikut: Pembukaan Pembukaan dilakukan oleh Ba...

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

  KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4  Muhammad Fachrur Rozi      A     Kesimpulan Setelah mempelajari Modul 1, mulai dari modul 1.1 tentang filosofi dan pemikiran KHD, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak, dan modul 1.4 tentang budaya disiplin positif, saya menyadari bahwa menjadi seorang pendidik merupakan profesi yang luar biasa sekaligus beban dengan tugas dan tanggung jawab yang besar pula, mengapa? karena seorang pendidik memiliki peran besar untuk menuntun seorang anak untuk menemukan kebahagian dan keselamatan dirinya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Proses menuntun ini menjadi kunci dalam mendidik murid, di mana seorang guru hendaknya dapat menuntun tumbuh hidup anak sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya, bukan merubah kodrat dasar anak. Ibarat menanam padi kita tidak dapat merubah tanaman padi berbuah jagung, namun kita dapat mengharapkan lahirnya padi yang kuat...

Educational Journal

  The purpose of the  International Journal of Educational Development  is to report new insight and foster critical debate about the role that  education plays in  development . Aspects of development with which the journal is concerned include economic growth and poverty reduction; human development, well being, the availability of human rights; democracy, social cohesion and peace-building; resilience and environmental sustainability......   Click Here